Selasa, 29 April 2008

Darah Syuhada Palestina Tiada Henti Memanggil Kalian


Pertumpahan darah syuhada di Bumi Palestina terus berlangsung. Sedikitnya 7 warga Palestina mati syahid, termasuk seorang ibu dan keempat anaknya akibat serangan rudal teroris Israel di Gaza Utara. Tangisan muslim Palestina tak henti-hentinya, mereka menanti bantuan dari kaum Muslim dunia dan tentara-tentara Muslim dunia. Di manakah para tentara kaum Muslim dunia, anak cucu Shalahuddin Al-Ayubi itu?


Sumber-sumber medis menyebutkan mereka tewas ketika sebuah rudal dari penjajah Israel menghantam rumah mereka di Bayt Hanoun. Seorang pejuang Palestina dan seorang petani juga ikut mati syahid dalam dua insiden terpisah.

Sedangkan serangan teroris lainnya yang dilancarkan oleh penjajah Israel pada Ahad di Bayt Lahiya telah menewaskan seorang anak perempuan berusia 14 tahun dan 8 penduduk lainnya cedera.

Kebrutalan Teroris Israel

Teroris Israel bergerak masuk ke Gaza Senin pagi dan masuk ke Bayt Hanoun, yang tidak jauh dari perbatasan.

Sepanjang serangan itu, sebuah rudal menembus ke atap rumah bertingkat satu ketika para penghuninya sedang sarapan pagi.

"Sebuah keluarga ditembak setelah sarapan pagi di sini dan sekarang apa? Kami mendatangkan mobil untuk bagian tubuhnya," kata Abu Muhammad, tetangganya.

Ibu dan 4 anaknya --2 perempuan dan 2 laki-laki berusia 2 dan 6 tahun-- tewas, kata dokter rumah sakit setempat.

Omar Abdul Nabi, seorang petani yang sedang membawa traktor terkejut mendengar dua ledakan di area tersebut. "Orang-orang ketakutan ketika tank melintas ke jalanan," katanya.

Beberapa penduduk lainnya terluka akibat ledakan tersebut, dan sebagian dalam keadaan kritis.

Sedangkan pejuang Hamas mengatakan seorang pejuangnya menembak tentara Israel di Bayt Hanoun. Tentara tersebut menderita cedera ringan.

Di manakah Kalian Wahai Tentara Muslim?

Lebih dari 400 warga Palestina tewas di sepanjang Jalur Gaza dalam waktu 5 bulan belakangan, dan sebagian besar adalah penduduk sipil.

Sungguh tak ada kedamaian dan senyuman manis dari anak-anak kaum Muslim di negeri milik kaum Muslim itu. Para penjajah Israel yang dibantu oleh Amerika dan PBB telah merampas dan merebut tanah milik kaum Muslim itu, sejak 1948.

Lebih memalukan lagi, para penguasa negeri Muslim dunia beserta tentara-tentara mereka malah diam seribu bahasa. Ikatan nasionalisme yang rusak telah membuat mereka tak lagi punya harga diri, tersekat-sekat menjadi puluhan negara dengan pemimpin dan aturan yang berbeda-beda satu sama lainnya.

Hari Jumat lalu, ribuan kaum Muslim menyuarakan seruan dan jeritan pertolongan kepada tentara-tentara kaum Muslim di dunia. Mereka bertanya, "Di manakah kalian wahai umat Islam?". Di manakah tentara kaum Muslim Mesir? Di mahakah tentara kaum Muslim Arab? Di manakah tentara Muslim Indonesia?

Aksi yang digelar oleh para penolong Hizbut Tahrir Palestina itu menyeru dengan keras kepada tentara kaum Muslim untuk menghilangkan batas-batas mereka. Termasuk juga menyeru para mukhlisin dari tentara kaum Muslim Mesir untuk menolong saudaranya di Palestina. Sedangkan kepada kaum Muslim dan gerakan-gerakan Islam, mereka diseru untuk bersegera bersatu di bawah panji Rasulullah, dan kembali ke pangkuan Khilafah yang akan membebaskan Palestina dan bumi Muslim lainnya.

Selasa, 22 April 2008

A Great Mother For A Great Leader

Abdullah bin Zubair adalah sosok yang telah menjadi pahlawan dalam pembebasan Afrika, Andalusia, dan Konstantinopel dalam usianya yang belum menginjak 17 tahun. Satu kali Ibnu Abbas, salah seorang sahabat Rasulullah saw. pernah ditanya tentang Abdullah bin Zubair. Ibnu Abbas berkata, “Ia adalah pembaca Kitabullah dan pengikut sunnah RasulNya, tekun beribadah kepadaNya dan shaum di siang hari karena takut kepadaNya. Dialah putera dari seorang pembela Rasulullah, dan ibunya adalah Asma’ puteri Abu Bakar ash-Shiddiq…”

Setelah Yazid bin Mua’wiyah bin Abu Sufyan meninggal dunia, Abdullah diangkat menjadi khalifah oleh sebagian besar negeri-negeri seperti Hijaz, Yaman, Irak, dan Khurasan. Abdullah bin Zubair menjabat sebagai khalifah selama sembilan tahun di Hijaj sampai kekuasaannya ditumbangkan oleh ?keserakahan’ bani Umayyah.

Itulah Abdullah bin Zubair, salah seorang sahabat Rasulullah saw, salah seorang khalifah yang begitu cinta kepada rakyatnya, jujur, sederhana, teguh kepada al-Quran dan sunnah, dan tegas dalam menyirnakan kebatilan.

Sosok Abdullah bin Zubair yang agung dan mulia tidak lepas dari sosok Asma’ binti Abu Bakar ash-Shiddiq, ibundanya. Dia termasuk dalam barisan wanita yang pertama masuk Islam. Perjuangannya dalam kancah pergolakan Islam di masa permulaan perkembangannya tidak diragukan lagi. Dialah yang senantiasa mengirim makanan untuk Rasulullah dan ayahnya, Abu Bakar ash-Shiddiq ketika beliau bersembunyi selama tiga hari tiga malam di gua Tsur dari kejaran kaum musyrik Makkah yang ingin membunuh beliau.

Sosok-sosok pemimpin seperti Abdullah bin Zubair, atau Umar bin Abdul Aziz di era selanjutnya adalah sosok pemimpin dambaan. Keteguhan mereka kepada kitabullah dan sunnah Rasululllah saw., sikap mereka yang mendahulukan kepentingan rakyat dan bersahaja dalam kehidupan diri mereka sendiri, jujur, dan adil merupakan contoh abadi bagi umat yang hidup di masa setelahnya.

Di tengah carut-marut kehidupan, dalam ketidakadilan yang semakin menyebar, umat saat ini sangat merindukan hadirnya kembali pemimpin-pemimpin seperti itu. Adakah pemimpin-pemimpin itu saat ini, nanti?

Kisah Abdullah bin Zubair di atas menjadi salah satu pelajaran berharga dari sekian banyak kisah lainnya, bagaimana sosok wanita bernama ibunda menjadi sosok penting dalam mencetak seorang pemimpin.

Pemimpin dengan kualitas prima: teguh menegakkan hukum Allah, adil, jujur, amanah, rela berkorban, dan bersahaja, tidak bisa lahir secara instan. Ada proses panjang yang mesti dilalui. Ada usaha yang mesti ditempuh, dan itu semua dimulai dari seorang ibu.

A great mother: siapa dia?

A great mother (ibu yang luar biasa) itu, pertama, ia wajib memiliki kepribadian Islam. Yaitu menjadikan akidah sebagai standar dalam berfikir dan berbuat. Akidah yang lurus adalah Islam. Islamlah yang senantiasa dijadikan ukuran halal atau haramnya sesuatu untuk dikerjakan atau ditinggalkan. Kedua, cerdas. Adalah seorang ibu yang memiliki tsaqafah Islam dan berpengetahuan yang luas, sehingga mampu menjadi tempat bertanya dan curhat yang komplit bagi anak-anaknya dan lingkungannya. Ketiga, peduli. Fitrahnya hidup manusia itu adalah saling memberi dan saling menerima. Manusia butuh terhadap manusia lainnya. Di situlah letak kepedulian, dan kepedulian yang sejati adalah bentuk kepedulian seorang muslim kepada nasib saudaranya yang lain, mulai dari lingkungan terkecil, hingga mereka yang di belahan dunia yang lain.

How to be a great mother?

Untuk menjadi ibu yang istimewa, ada beberapa yang secara teknis bisa dilakukan. Pertama, thalabul ?ilmi (belajar). Proses belajar dan menuntut ilmu tidak hanya sebatas di jalur formal, di sekolah, harus dilakukan sepanjang hayat dikandung badan, dan harus seimbang antara Islam dan pengetahuan.

Kedua, berkumpul dengan orang-orang yang memiliki keinginan dan visi yang sama, supaya semangat terus bisa dipelihara.

Nah, menjadi sosok ibunda yang berkualitas tentu bukan pekerjaan mudah. Prosesnya pun tidak singkat. Seorang Asma’ binti Abu Bakar, seorang Fathimah binti Muhammad, Ummu Ashim, dan para “ibunda peradaban” lainnya memulai proses itu ketika mereka masih berada di tengah orangtua mereka dan terus berlangsung setelah mereka menikah dan membesarkan sang buah hati. Jika mereka bisa, maka ibunda kini dan nanti pun bisa. Tentu, lahirnya sosok pemimpin agung nan mulia itu akhirnya akan hadir kembali memimpin dunia dengan syariahNya. Wallahu a’lam bish showab. [nafisah]

Jumat, 18 April 2008

Bila aku Jatuh Cinta

Allahu Rabbi aku minta izin
Bila suatu saat aku jatuh cinta
Jangan biarkan cinta untuk-Mu berkurang
Hingga membuat lalai akan adanya Engkau

Allahu Rabbi
Aku punya pinta
Bila suatu saat aku jatuh cinta
Penuhilah hatiku dengan bilangan cinta-Mu yang tak terbatas
Biar rasaku pada-Mu tetap utuh

Allahu Rabbi
Izinkanlah bila suatu saat aku jatuh cinta
Pilihkan untukku seseorang yang hatinya penuh dengan
kasih-Mu
dan membuatku semakin mengagumi-Mu

Allahu Rabbi
Bila suatu saat aku jatuh hati
Pertemukanlah kami
Berilah kami kesempatan untuk lebih mendekati cinta-Mu

Allahu Rabbi
Pintaku terakhir adalah seandainya kujatuh hati
Jangan pernah Kau palingkan wajah-Mu dariku
Anugerahkanlah aku cinta-Mu...
Cinta yang tak pernah pupus oleh waktu

Amin !

Jumat, 11 April 2008

Jangan jadi Porno

Ehm, jangan marah atau gondok duluan ya baca judul artikel gaulislam kali ini. Bukan maksud mo menjelek-jelekkan (backsound: karena udah jelek), tapi ini sebagai warning dan renungan aja buat kita semua. Gimana nggak, dari tahun jebot ampe sekarang, masalah pornografi dan perbuatan porno selalu hadir di tengah masyarakat kita. Di sekitar kita dalam kehidupan sehari-hari yang kita jalani.

Bro, konten bernuansa pornografi sebenarnya udah tersebar banyak di media. Baik di media cetak maupun media elektronik. Oya, termasuk dalam hal ini adalah di internet yang kini lagi marak dibahas. Setelah lima tahun digodok, Rancangan Undang-undang Informasi dan Transaksi Elektronik (RUU ITE) resmi disahkan dalam rapat paripurna DPR di Jakarta, Selasa (25/3/2008). Dengan adanya UU ini juga diharapkan dapat menjadi dasar bagi penerapan hukum di dunia maya di Indonesia. Situs porno atau pornografi di internet akan diblokir atau paling tidak kini diatur UU. Salah satu pasal yang dianggap krusial dalam UU ITE adalah diblokirnya situs-situs porno baik dari dalam maupun luar negeri.

Oya, kalo mo dijembrengin semuanya sih banyak banget, termasuk dalam kehidupan nyata kita, pornografi dan aktivitas yang dibalut porno sangat mudah dijumpai dan bahkan pelakunya sangat banyak. Nah, karena saking banyaknya dan dilakukan oleh hampir seluruh penduduk negeri, maka nggak heran dong kalo negeri ini dapetin sebutan negara porno. Gitu deh alasan kenapa nulis artikel ini dengan judul seperti di atas. Betul nggak sih?

Bagi yang nggak setuju jangan marah, dan yang setuju juga jangan seneng dulu. Karena sebenarnya ini adalah prestasi yang buruk. Sama buruknya dengan gelar “negeri terkorup se-Asia”, misalnya. So, tulisan ini sekadar buat ngingetin aja, buat ngajak merenung, sekaligus nyari solusi tuntas dari masalah yang dihadapi sekarang, khususnya tentang pornografi.

Mental porno!

Hehehe.. jangan ngambek dan cemberut kalo baca subjudul ini. Bukan maksud nuduh atau menghakimi. Tapi emang kenyataannya demikian. Mereka yang nggak punya mental porno, ketika mengembangkan kreativitas dia akan melakukan apa pun yang bernilai manfaat dan useful alias berguna bagi siapa pun.

Sebaliknya, bagi mereka yang punya mental porno–piktor gitu deh, maka kreativitasnya nggak jauh dari mentalnya itu. Bikin majalah, eh majalah bertabur pornografi. Bikin blog di internet, isinya pornografi. Ketika mengelola website, ya isinya nggak jauh dari situ. Kalo dia ngomong? Ya, pembicaraannya menjurus ke wilayah porno dan pornografi.

So, kalo udah jadi cara pandang dan kaidah berpikir, maka pelakunya akan melakukan apa yang memang menjadi pemahamannya. Gimana pun juga, tingkah laku orang itu bergantung kepada pemahamannya. Kalo memahami bahwa pornografi itu adalah seni, dan seni adalah ekspresi yang tidak boleh dikekang dan dibatasi, maka ia akan mewujudkannya dalam perbuatannya. Begitu pula kalo memahami bahwa bertaburannya konten pornografi di internet adalah bagian dari freedom of speech dan kebebasan berkreasi, maka dia akan mati-matian melakukannya en merasa nggak boleh ada pihak manapun-termasuk negara- yang melarang kreativitasnya tersebut.

Bayangin aja deh, kalo yang model begini jumlahnya banyak dan menguasai media informasi. Bisa bikin berabe. Mereka bukan saja melek teknologi, tapi juga melek terhadap peluang yang memungkinkan untuk melakukan kemaksiatan termasuk kejahatan. Padahal nih, gaul dengan teknologi nggak mesti error. Justru sebaliknya, gaul soal teknologi untuk memberantas kemungkaran dan menegakkan kebenaran dengan memanfaatkan teknologi.

Definisi pornografi

Yup, definisi emang penting banget, itu sebabnya Ibnu Sina pernah berkomentar: “Tanpa definisi, kita tak akan pernah bisa sampai kepada konsep.” Karena itu, definisi, menurut filsuf Iran itu, sama pentingnya dengan silogisme (baca: logika berpikir yang benar) bagi setiap proposisi (dalil atau pernyataan) yang kita buat.

Oya, definisi yang jelas bakalan menolong kita untuk menentukan keputusan dan penilaian. Nggak ragu en nggak bingung. Nggak kayak sekarang nih, menentukan definisinya aja sesuai persepsi masing-masing orang. Karuan aja hasilnya beragam. Ada yang bilang kalo berpose telanjang tanpa sehelai benangpun menutupi tubuhnya baru dibilang pornografi, ada juga yang bilang kalo masih mengenakan busana, meski kayak kekurangan bahan (terlihat auratnya) belum masuk definisi pornografi. Malah nih, kalo sesuai budaya ketimuran, belum dianggap porno. Misalnya kalo di Jawa pake kemben atau di Papua dengan kotekanya. Waduh, makin bingung aja tuh definisi pornografi.

Itu sebabnya, paling nggak kudu buka kamus nih. Biar bisa dapetin gambaran. Seperti disebutkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, bahwa pornografi adalah penggambaran tingkah laku secara erotis dengan lukisan atau tulisan untuk membangkitkan nafsu berahi; atau bahan bacaan yang dengan sengaja dan semata-mata dirancang untuk membangkitkan nafsu berahi dalam seks.

Dalam Microsoft Encarta Dictionary Tools, pornografi didefinisikan sebagai sexually explicit material: films, magazines, writings, photographs, or other materials that are sexually explicit and intended to cause sexual arousal. Tuh jelas banget kan, bahwa pornografi tuh adalah penggambaran secara tegas tentang seksual; bisa dalam film, majalah, tulisan, foto dan bahan lainnya yang bermaksud menimbulkan rangsangan seksual.

Oya, pornografi tuh nggak ada hubungannya dengan kebebasan berekspresi dan seni. Karena sejatinya, estetika (seni) tetap harus berdampingan dengan etika.

Bagaimana dengan Islam? Sebagai Muslim, tentu kita wajib menjadikan Islam sebagai pedoman hidup kita. Terus, nggak boleh juga kita setengah-setengah dalam mengamalkan Islam. Nggak boleh juga ada pilihan lain untuk ngatur urusan kehidupan kita dengan aturan selain Islam. Jadi intinya, apa kata Islam deh. Kita wajib taat kepada ketentuan Allah dan RasulNya dan harus secara menyeluruh (kaaffah). Allah Swt. Befirman: “Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam secara keseluruhannya, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu.” (QS al-Baqarah [2]: 208)

Dalam? menafsirkan ayat ini, Imam Ibnu Katsir menyatakan: “Allah Swt. telah memerintahkan hamba-hambaNya yang mukmin dan mempercayai RasulNya agar mengadopsi sistem keyakinan Islam (?akidah) dan syari’at Islam, mengerjakan seluruh perintahNya dan meninggalkan seluruh laranganNya selagi mereka mampu.”

Guys, Islam juga udah mengatur tentang aurat. Itu sudah cukup untuk memberikan definisi tentang pornografi atau pornoaksi. Batasan aurat ini memungkinkan kita untuk bisa menentukan apakah suatu perilaku, gambar, atau gaya berpakaian seseorang termasuk memamerkan aurat atau nggak ke khalayak umum.Oya, aurat perempuan adalah seluruh tubuhnya kecuali wajah dan kedua telapak tangannya (Ahkaamul Quran al-Jashash III/318).

Kalo anak laki, yang termasuk wilayah auratnya adalah dari pusar ampe lutut. Itu batasan auratnya. Jadi nih, kalo ada anak cowok pake koteka dan dipamerin di depan orang banyak, jelas termasuk membuka auratnya. Itu sudah terkategori bentuk pornoaksi. Begitu pun kalo ada anak cewek pake kemben (salah satu pakaian adat Jawa), dan dipake di depan umum, maka sudah terkategori pamer aurat (itu masuk pornoaksi). Membuka aurat di depan umum dalam pandangan Islam terkategori dosa. Nah, ini jelas kan definisinya.

Itu sebabnya, kayaknya ampir semua media massa yang ada saat ini bakalan dicap sebagai media massa penyebar pornografi kalo pake definisi Islam. Dan, seharusnya memang standar itulah yang dipake oleh setiap Muslim ketika menilai suatu fakta berupa perbuatan maupun pemikiran. Catet yo!

?Mengeksekusi’ pornografi

Kalo dibiarin aja nggak bakalan selesai-selesai. Lihat aja penanganan yang selama ini dilakukan oleh negeri ini, yang menganut ideologi Kapitalisme-Sekularisme, malah menjadikan kebebasan sebagai the way of life. Ideologi macam apa itu? Kok malah bikin rusak kepribadian umat manusia?

Sobat, sebagai sebuah ideologi, Islam punya cara penyelesaian terhadap masalah ini. Tentu, jika Islam diterapkan sebagai ideologi negara. Menurut Abdurrahman al-Maliki, “Barangsiapa yang mencetak atau menjual, atau menyimpan dengan maksud untuk dijual atau disebarluaskan, atau menawarkan benda-benda perhiasan yang dicetak atau ditulis dengan tangan, atau foto-foto serta gambar-gambar porno, atau benda-benda lain yang dapat menyebabkan kerusakan akhlak, maka pelakunya akan dikenakan sanksi penjara sampai 6 bulan.” (Sistem Sanksi dalam Islam, hlm. 288-289)

Oya, hukuman tersebut termasuk dalam perkara ta’zir alias jenis dan bentuk hukumannya diserahkan kepada qadhi (hakim). Kalo emang tingkat bahayanya besar banget, bisa aja qadhi menghukum lebih lama atau bentuk hukuman lain, misalnya dicambuk.

Bro, untuk memelihara diri dan membebaskan diri dari jeratan pornografi secara teknis, coba deh lakukan mulai dari diri sendiri dan orang-orang terdekat kita: temen, keluarga. Tentu kita nggak mau kan diri dan lingkungan kita rusak karena racun pornografi. Percaya deh, pornografi nggak ada gunanya. Nggak perlu tuh ngintip-ngintip penasaran sama yang namanya pornografi. Jangan sampe kita berkoar-koar tentang pornografi tapi kalo nemu di depan mata diembat juga. Naudzubillah!

Kapan dan di mana pun kita menemukan media yang berbau pornografi, jangan ragu-ragu untuk menghancurkannya. Jaga diri, jaga keluarga, dan teman-teman. Saling mengawasi dan mengingatkan bukan berarti ikut campur urusan orang lho, tapi kita menjaga diri dan lingkungan untuk menghindari kerusakan dan maksiat. Ok, guys?

BTW, kalo nanti Islam udah diterapkan sebagai ideologi negara, mereka yang ada di pedalaman seperti di Papua dan suku dayak lainnya, nggak bakalan dijadikan sebagai obyek wisata. Nggak kayak sekarang, mereka dianggap sebagai warisan budaya bangsa. Itu dzalim, karena seharusnya pemerintah memberikan pembinaan dan mendakwahi mereka agar mau hidup lebih mulia. Tapi nyatanya, malah dipelihara agar tetap jahiliyah seperti itu. Kasihan banget kan?

Terus nih, nggak kayak sekarang, pemerintah hendak menerapkan pemblokiran situs-situs porno aja masih banyak yang menolak dengan alasan melanggar prinsip demokrasi itu sendiri yang memang memberikan kebebasan tanpa batas kepada siapa pun. Halah, hari gene masih memuja dan membela demokrasi? Padahal, sistem ini udah ketahuan lemot, bobrok, dan membahayakan manusia.

Oke deh, kalo nggak mau negeri ini jadi negara porno, maka mulai sekarang jauhkan demokrasi-sekulerisme-kapitalisme dan antek-anteknya dari pikiran kita. Sebaliknya, kita wajib cinta Islam, pelajari Islam, dan kampanyekan agar Islam diterapkan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Insya Allah akan berkah dan menyelamatkan seluruh umat manusia. Bukan hanya kaum muslimin. Percayalah! [osolihin: sholihin@gmx.net]